CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 24 Juni 2010

Rekor Indonesia Open

Selama kurun waktu 27 tahun, hanya enam pebulu tangkis asing yang bisa meraih gelar juara pada nomor tunggal putra di Indonesia Open.
Mereka adalah Han Jian asal Cina pada 1985, Yang Yang (Cin, 1987), Xiong Guobao (Cin, 1989), Yong Hock Kin (Mas, 1998), Lee Hyun-Il (Kor, 2005), dan Lee Chong Wei (Mas, 2007).
Sisanya dikuasai pemain tuan rumah. Bahkan, dua pebulu tangkis, Ardy Bernadus Wiranata dan Taufik Hidayat, menorehkan prestasi gemilang dengan enam kali menjuarai kejuaraan yang dimulai sejak 1982 itu.
Ardy dan Taufik mencetak hat-trick dan pernah menjadi nomor satu dunia pada eranya. Mereka menggapai gelar juara enam kali Indonesia Open dalam kurun waktu delapan tahun.
Ardy pada kurun waktu 1990-1997 dan Taufik pada 1999-2006. Namun, Taufik sedikit unggul. Ardy meraih gelar pertama pada usia 20 tahun, sedangkan Taufik saat dua tahun lebih muda dari seniornya itu.
“Saya sudah memenangi Indonesia Open enam kali. Catatan ini sama dengan yang dimiliki Ardy, tapi saya berharap bisa melebihi Ardy,” ujar Taufik dalam perkenalan clothing line miliknya.
Taufik mungkin saja melampaui rekor Ardy dan mengoleksi gelar terbanyak karena ia masih aktif di dunia bulu tangkis. Kita tunggu. (prel)
PEMENANG 18 TAHUN TERAKHIR
———————————————————–
1990 Ardy B. Wiranata
1991 Ardy B. Wiranata
1992 Ardy B. Wiranata
1993 Alan Budi Kusuma
1994 Ardy B. Wiranata
1995 Ardy B. Wiranata
1996 Joko Suprianto
1997 Ardy B. Wiranata
1998 Yong Hock Kin (MAS)
1999 Taufik Hidayat
2000 Taufik Hidayat
2001 Marlev Mainaky
2002 Taufik Hidayat
2003 Taufik Hidayat
2004 Taufik Hidayat
2005 Lee Hyun-Il (KOR)
2006 Taufik Hidayat
2007 Lee Chong Wei (MAS)
2008 Sony Dwi Kuncoro

Sumber: Google 

Dionysius: The next Taufik?


Setelah era Taufik Hidayat, siapa lagi pemain andalan Indonesia di masa depan? Rasanya Indonesia berharap pada Dionysius Hayom Rumbaka. Pemain kelahiran Kulon Progo 22 Oktober 1988 ini memiliki potensi untuk menjadi tunggal putra yang bias diandalkan. Hayom sudah bergabung dengan pelatnas PBSI sejak sebelum Piala Thomas digelar Mei lalu. Ia juga menjadi anggota tim Piala Thomas Indonesia dan dijadikan pemain tunggal keempat.

Oleh beberapa pengamat, Hayom disebut-sebut sebagai next Taufik Hidayat karena memiliki kesamaan dalam permainan. Salah satunya adalah kemampuan melepas pukulan backhand smes yang sering mengejutkan lawan. Hanya saja, prediksi ini masih harus dibuktikan oleh Dion yang merupakan pemain asal klub Djarum ini.

Ujian berat buat Hayom akan dihadapi di turnamen Djarum Indonesia Open Super Series 2010. Pada babak pertama Hayom akan langsung menantang unggulan pertama sekaligus pemain nomor satu dunia, Lee Chong Wei asal Malaysia. “Undian yang ebrat. Tapi saya akan tetap berusaha maksimal karena tak ada yang tak mungkin dalam pertandingan,” tegas juara Australia Grand Prix 2009 ini.
 Sumber: Google

History of badminton

History

The history of the development of modern badminton is a very long and complex one. Below is a brief account of the history of the game.
Origins of the Game
The sport of badminton has its origins in ancient civilisations in Europe and Asia. The ancient game known as battledore (bat or paddle) and shuttlecock probably originated more than 2000 years ago.
In the 1600s Battledore and Shuttlecock was an upper class pastime in England and many European countries. Battledore and Shuttlecock was simply two people hitting a shuttlecock backwards and forwards with a simple bat as many times as they could without allowing it to hit the ground.
Contemporary Badminton

A contemporary form of badminton - a game called ‘Poon’, was played in India in the 1800s where a net was introduced and players hit the shuttlecock across the net. British officers in the mid 1800’s took this game back to England and it was introduced as a game for the guests of the Duke of Beaufort at his stately home ‘Badminton’ in Gloucestershire, England where it became popular.
In March 1898, the first Open Tournament was held at Guildford the first 'All England' Championships were held the following year. Denmark, the USA and Canada became ardent followers of the game during the 1930s.
IBF Established in 1934
Then in 1934, the International Badminton Federation was formed, with the initial members including England, Wales, Ireland, Scotland, Denmark, Holland, Canada, New Zealand and France, with India joining as an affiliate in 1936.
The first major IBF tournament was the Thomas Cup (world men's team championships) in 1948. Since then, the number of world events has increased with the addition of the Uber Cup (women’s team), World Championships (individual events), Sudirman Cup (mixed team), World Junior Championships and the World Grand Prix Finals.
Commonwealth Games Sport - 1966
Badminton was introduced as a Commonwealth Games program sport in Kingston Jamaica in 1966 and has been part of every Commonwealth Games program since then. Initially all five disciplines were included – singles (men, women), doubles (men, women) and mixed doubles with the Teams Event included in the program in later Commonwealth Games.
Olympic Games Sport - 1992
Badminton is a relatively new Olympic Games sport. After being a demonstration sport in Munich in 1972, badminton became an Olympic sport in Barcelona in 1992 with the singles and doubles disciplines introduced for the first time in the Olympic Games. In Atlanta in 1996, a mixed doubles event was included and this is the only mixed doubles event in all of the Olympic sports.
Only five countries have won the gold medals since its introduction in 1992 - China (8), Indonesia (5) and Korea (5) and Denmark (1).
Susi Susanti from Indonesia won the women’s singles in Barcelona, becoming Indonesia’s first medallist in the 40 years Indonesia had competed at the Games. In the same Olympic Games, Alan Budi Kusama won Indonesia’s second gold medal in the men’s badminton singles.


Sumber: Google